KKN 144 Desa Cigagade

Ada empat kata yang bisa jadi jawaban sederhana
buat pertanyaan yang sering gua tanyain ke diri sendiri
“Kenapa gua selalu gagal merealisasikan ide-ide yang bejibun? Kenapa gua tumpul?”
Jawabannya: 

Tumpul karena ga kumpul.

Gua sering males ngobrol kalo obrolan terasa kosong,
sering nahan ide karena takut orang lain ga nyambung.

Akhirnya gua menyepi,
membiarkan pikiran gua kayak pisau yang jarang diasah,
lama-lama karatan, lalu tumpul,
dan ide-ide gua perlahan basi kayak gorengan di warung teh Ai yang seharian ga laku.

Sampai suatu sore di Agustus 2025,
gua duduk di teras rumah sepupu gua, Usup.

Rokok gua mengepul, kopi gua mengecap pahit,
dan mata gua menangkap sekelompok anak muda
yang berlarian, tertawa, sibuk ke sana ke mari.

Mereka, mahasiswa KKN 144 Cigagade dari UIN Sunan Gunung Djati,
baru kelar bikin lomba sebelum hari kemerdekaan di kampung gua, Rancapaku.



Dalam hati gua cuma bisa bergumam,
“Seru banget ya jadi mereka.”

Dan tiba-tiba gua mikir,
“Kenapa mereka tiap bikin event berhasil? warga dibuat antusias dan seolah menyatu. Gua juga punya mimpi dari lama buat bikin masyarakat kampung rukun, kompak dan rame.
Eh yang merealisasikannya malah mereka.”

Di situ gua tersadar,
mimpi ga bisa tumbuh sendirian,
ide butuh kawan untuk disiram,
butuh tanah untuk berakar,
butuh tangan-tangan lain buat nyulap rencana jadi nyata.

Akhirnya gua berani buka diri, kumpul bareng pemuda kampung.

Betapa kagetnya gua pas tahu,
mereka punya potensi luar biasa,
dan keresahan mereka sama persis dengan keresahan gua.

Ternyata gua ga sendirian.

Sejak itu gua sering nongkrong bareng mereka,
dan kenalan sama satu mahasiswa, ketua KKN, namanya Alam.

Alam ini cerdas, kritis, gampang berbaur sama siapa aja dan sekarang dia jadi temen gua.

Lewat dia dan temen-temen KKNnya, pintu baru kebuka.

Kami bikin Taruna Karya, Organisasi pemuda tingkat RW di Rancapaku.

Dengan Taruna Karya gua yakin pemuda bisa makin solid,
lebih terarah, lebih berisik dalam hal yang bener.

Ide-ide cemerlang bakal timbul dan bakat-bakat brilian bakal muncul, karena kita sering kumpul,
dan jalan menuju Revolusi Desa makin jelas terbentang.

Anjay, Revolusi!

Sebuah visi buat nyuci bersih kampung dari hal-hal yang bikin lumpuh.

Visi ini udah lama berbaring manja di otak gua, sekarang udah bangun dan siap berlari-lari kecil.

Anjay lagi!!

Kata Karl Marx,
“Revolusi adalah lokomotif sejarah.”

Kalau revolusi kecil ini beneran jadi,
KKN 144 Cigagade bakal tertulis di catatan sejarah desa kami.

Dan kalau kalian, temen-temen KKN,
baca tulisan gua ini,
makasih banget.

Kalian udah jadi api yang nyulut obor,
bikin gua bergerak,
sampai gua bisa ngajak pemuda kampung Rancapaku buat bersatu.

Oh iya…
Sulthon, Silmi, Jeje, Riyadi, juga Alam,
kita sempet ngobrol di malam-malam terakhir sebelum tugas kalian selesai.

Kalian ngasih gua banyak pengetahuan, banyak masukan,
buat gerakan kecil yang kami sebut “revolusi”.
Entah gimana bacanya, tapi anjay lah, kerasa wah banget!

Kalau kalian baca ini, makasih.

Dan kalau Shabriena Lulu A baca ini, salam dari Augun!
hehe...

Pisau yang semula tumpul,
Kini diasah dengan kebersamaan dan sekarang, gua ngerasa lebih tajam.

Gua Gugun, hatur nuhun.
Share on Google Plus

About Betekok Rawing

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

1 komentar:

  1. Kita membantu tapi banyak di bantu thanks a Gugun. KKN sebagai media pembelajaran kita, bersyukur bgt pernah hadir di rancapaku

    BalasHapus